INVERTER
1
Pengertian Inverter
Inverter digunakan untuk
mengubah daya dc menjadi ac, kebalikan dari penyearah yang mengubah daya ac
menjadi daya dc. Inverter zat-padat memberikan metode yang efesien dan ekonomis
untuk memperoleh perubahan dari dc ke ac.
Rangkaian inverter pada dasarnya
adalah tipe pecincang (chopper). Dalam rangkaian pecincang, catu dc secara
bergantian dibuka dan ditutup atau “dicincang” oleh alat pensaklaran seperti
transistor atau SCR. Dengan mengubah baik perbandingan waktu on sampai off dari
frekuensi keluaran pecincang dapat dikendalikan. (Lister, 1993, Hal 318)
2
Prinsip Kerja Inverter
Prinsip dasar kerja inverter dapat
digambarkan dengan sederhana oleh rangkaian yang ditunjukkan dalam gambar 3.1a.
rangkaian tersebut ditunjukkan dua buah saklar manual, A dan B. jika kedua
saklar terbuka, maka dalam rangkaian tidak ada arus yang mengalir. Jika saklar
A tertutup, mengalir arus IA seperti arah yang ditunjukkan.
Dan saklar B ditutup, mengalir arus IB seperti yang
ditunjukkan. Jika saklar A dan B secara bergantian dibuka dan ditutup, maka
pada terminal beban dari rangkaian keluaran akan dibangkitkan tegangan bolak
balik. Dalam rangkaian inverter praktis, digunakan SCR atau transistor sebagai
pengganti saklar mekanis yang ditunjukkan pada gambar 3.1a.
SCR singkatan dari Silicon Control
Rectifier yang berfungsi sebagai saklar, pengubah dan pengontrol. Adalah Dioda
yang mempunyai fungsi sebagai pengendali. SCR atau Tyristor masih termasuk
keluarga semikonduktor dengan karakteristik yang serupa dengan tabung
thiratron. Sebagai pengendalinya adalah gate (G). SCR sering disebut Therystor.
SCR sebetulnya dari bahan campuran positif dan negatif. Isi SCR terdiri dari
PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut PNPN Trioda.
Salah satu dari rangkaian inverter
paling sederahana adalah rangkaian transformator tap-tengah yang menggunakan 2
(dua) SCR seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.1b. dalam rangkaian ini,
kedua SCR tersebut secara bergantian menghubungkan transformator keluar ke catu
dc, mula-mula dengan satu polaritas dan kemudian yang lainnya, untuk
menghasilkan gelombang persegi yang mirip dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
Gambar
3.1(a) Rangkaian untuk menggambarkan prinsip inverter,
dan (b)
dasar rangkaian inverter.
Bentuk
keluaran paling ideal dari suatu inverter adalah bentuk gelombang sinius. Gelombang
ini dihasilkan melalui pemilihan sifat beban rangkaian keluaran yang ideal. Hal
ini dikondisikan factor beban keluaran adalah beban fundamental atau beban
resistif saja. Pada pembebanan dengan beban fundamental maka arus
keluarannyapun adalah arus fundamental.
Gambar
3.1 (c). Keluaran AC
Pada
saat SCR2 dipicu sehingga mengakibatkan SCR1 tidak
mempunyai konduksi dan mati kapasitor C diisi dengan titik 1 berpolaritas
positif dan titik 2 berpolaritas negatif sehingga mengakibatkan gelombang
keluaran t0 ke t1.
Sebaliknya
pada saat SCR1 dipicu sehingga mengakibatkan SCR2 tidak
mempunyai konduksi dan mati, kapasitor C diisi dengan titik 2 berpolaritas
positif dan titik 1 berpolaritas negatif sehingga mengakibatkan gelombang
keluaran t1 ke t2. Hal ini disebabkan factor beban keluaran merupakan beban
fundamental maka arus keluarannyapun adalah arus fundamental.
Haruslah
diingat bahwa setelah SCR mulai melakukan konduksi, gerbang kehilangan kendali
terhadap arus anode. Oleh sebab itu, agar pada sistem dc dapat digunakan SCR,
maka harus digunakan rangkaian kendali khusus agar menghentikan konduksi SCR
pada saat yang tepat. Rangkaian yang digunakan untuk menghentikan SCR disebut
rangkaian komutasi. Pada rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 3.1b,
penghentian SCR ini digunakan oleh kerja kapasitor C. jika SCR1
dipicu dan mulai melakukan konduksi, tegangan pada SCR1 tersebut
turun dengan cepat karena penurunan tegangan pada reaktor L. Hal ini
memungkinkan kapasitor menjadi bermuatan dengan titik 2 berpolaritas positif
dan titik 1 berpolaritas negative. Oleh karena kerja autotransformator dari
transformator keluaran, maka muatan kapasitor mendekati dua kali tegangan
baterai. Pada awal setengah siklus kedua, ketika SCR2 dipicu maka
kapasitor C dihubungkan paralel pada SCR1 dengan polaritas yang
membias terbalik dan menyebabkan SCR1 tidak mempunyai konduksi lagi.
Dengan terjadinya konduksi SCR2 dan dengan matinya SCR1,
kapasitor C diisi dengan yang berlawanan dan kemudian siklus berulang sehingga
menghasilkan arus bolak-balik pada trasformator keluar. Diode D1 dan
D2 mencegah arus pengosongan kapasitor mengalir melalui
transformator.
Gambar
3.2 Inverter SCR tipe-jembatan satu-fase.
Ada
beberapa konfigurasi dari rangkaian inverter yang biasa digunakan. Konfigurasi
inverter mirip dengan penyearah, yaitu dapat berupa rangkaian setengah
gelombang, gelombang penuh, jembatan satu fase atau jembatan tiga fase.
Rangkaian inverter juga dikelompokkan berdasarkan metode komunitasi yang
digunakan. Inverter yang ditunjukkan pada gambar 3.2 adalah inverter tipe
jembatan. Komutasinya dilakukan oleh induktor L dan kapasitor C. penyalaan
dilakukan oleh rangkaian picu SCR, yang tidak ditunjukkan dalam gambar. Untuk
pemakaian kapasitas besar, digunakan inverter jembatan tiga-fase. Diagram
elementer inverter jembatan tiga-fase ditunjukkan dalam gambar 3.3. Kapasitor
komutasi dan komponem lain yang berkaitan tidak diperlihatkan.
Jika
keluaran ac dari inverter disearahkan agar menjadi dc lagi, maka kesuluruhan
rangkaian disebut konverter. Penggunaan konverter biasanya untuk mengubah
besarnya tegangan dc. Pemakaian konverter termasuk juga penggunaannya dalam
catu daya untuk komputer dan peralatan telepon.
Gambar
3.3 Inverter SCR tipe-jembatan tiga-fase.
Komentar
Posting Komentar